Stoikisme sebagai Kiblat dalam Kacamata Pekerja

TGX- Semua orang ingin mempunyai pekerjaan dan pasti akan menjadi pekerja. Pekerjaan ialah suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia entah untuk kebutuhan atau agar mendapat imbalan.

Dalam suatu pekerjaan terkadang kita merasa tidak nyaman karena beban tugas atau mungkin karena tekananan mental yang diberikan oleh lingkungan tersebut.

Siapa yang tak ingin bekerja di suatu tempat di mana kita dihargai ketika menjadi diri sendiri?

Pada dasarnya, semakin berkembang zaman maka perkembangan dari karakter entah itu sifat bahkan pakaian yang diminati pasti ingin sesuai kehendak.

Sayangnya seringkali karakter tersebut tidak bisa diekspresikan pada pekerjaan lainnya dan kita juga harus menjadi manusia munafik karena hal formal dan tidak dapat leluasa menjadi diri sendiri.

Padahal kebebasan ketika kita bekerja cukup dibutuhkan agar rasa nyaman dan tak jenuh menghadapi suasana kerja serta fokus pada pekerjaan. Bahkan ketika kita melanggar yang seharusnya itu menjadi hak justru terkena bullying.

Alhasil rasa masa bodoh dan membuktikan bahwa diri ini adalah yang terbaik menjadi panah ketika kita sudah diposisi lelah akan hal yang membuat kita itu terlalu menekan. Maka dari itu, Stoikisme menjadi salah satu kiblat yang bisa kita tuju ketika tidak tahu arah mata angin.

Konsep “Kiblat” di sini mengacu bahwa Stoikisme yang mengajarkan tentang kebijaksanaan, kebebasan, kekuasaan, kekayaan. Stoikisme menginginkan kita berfokus pada apa yang bisa kita kendalikan seperti sikap, tindakan, reaksi sesuai keinginan kita tanpa harus menjadi seperti orang lain.

Stoikisme lahir di Yunani pada abad ke 3 SM dan dilahirkan oleh Zeno sang filsuf dari Citium serta resmi dipublikasikan pada tahun 108 SM. Zeno mempunyai pemikiran bahwasannya sebagian rakyat Athena menderita karena menginginkan apa yang tidak ia miliki dan takut kehilangan apa yang mereka cintai.

Stoikisme sendiri berkembang sebagai reaksi terhadap perubahan sosial dan politik pada waktu itu dan berfokus pada bagaimana individu dapat mencari kedamaian batin serta kebahagiaan dalam dunia yang sering kacau dan tidak adil.

Layaknya Nabi, Stoikisme banyak membuat orang berubah pikiran (lebih logis) dan tidak perlu memunafikkan diri mereka sendiri. Stoikisme juga membantu untuk mengatasi rasa tidak percaya diri yang terletak pada diri kita, bullying yang sering kita dapat, serta rasa ketidakmampuan untuk mencapai keinginan menjadi orang lain.

Serangkaian hal yang membuat kita terkadang menjadi kacau dan ketidaknyamanan pada kehidupan sehari-hari seperti ketika dalam pekerjaan tentu terasa sangat berat. Kondisi sedemikian rupa seharusnya segera diatasi untuk menjaga kesehatan batin.

Lebih jauh lagi, individu harus menekankan pada pengembangan ketenangan dan keseimbangan batin dalam menghadapi kesulitan. Konsep Stoikisme ini dapat bermanfaat dalam mengatasi stress dan tekanan di tempat kerja.

Selain itu, Stoikisme menawarkan wawasan berharga mengenai sifat ambisi dan kesuksesan menantang gagasan konvensional tentang pencapaian dan status eksternal. Filsuf Stoa, Epictetus memperingatkan terhadap keterikatan yang tidak semestinya pada hasil dari faktor eksternal, dan sebaliknya menganjurkan untuk fokus pada kebajikan internal dan karakter moral setiap individu.

Di dunia kerja masa kini, upaya untuk mendapatkan promosi, penghargaan, dan imbalan materi sering kali menjadi hal yang penting. Perspektif Stoik dapat memberikan penyeimnbang serta mengingatkani individu akan nilai intrinsik dari pertumbuhan pribadi dan perilaku etis.

Stoicisme mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada hasil eksternal atau opini orang lain, tetapi lebih fokus pada sikap dan tindakan kita sendiri. Dalam konteks pekerjaan, ini berarti kita harus fokus pada upaya dan dedikasi kita dalam melakukan pekerjaan yang terbaik, tanpa terlalu terobsesi dengan hasil akhir atau pengakuan dari orang lain.

Penerapan prinsip-prinsip Stoikisme dalam lingkup pekerjaan juga dapat membantu kita mengembangkan sikap yang lebih bijaksana dan penuh tanggung jawab terhadap pekerjaan kita.

Stoikisme mengajarkan kita untuk bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan kita sendiri, serta untuk menghargai nilai kerja keras dan dedikasi. Dengan mengadopsi sikap ini, kita dapat menjadi profesional yang lebih efektif dan bertanggung jawab, serta mencapai kepuasan yang lebih dalam pekerjaan kita.

Di sisi lain, mungkin diantara kita pernah mendengar bahwasannya ada beberapa pekerjaan yang terkalu mengekang dan mungkin bisa saja jika kita tidak menaati diancam nyawa.

Dalam Stoicism terdapat beberapa prinsip yang bisa menjadi acuan kita ketika mengalami hal yang buruk dalam dunia kerja, seperti menerima hal yang tidak dapat dikendalikan, mengatasi hambatan dengan ketenangan pikiran jernih, fokus terhdap tindakan dan dedikasi serta, bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukan.

Stoikisme mengingatkan kita bahwasannya jangan terlalu memaksakan diri, fokus dengan apa yang sudah menjadi passion kita, serta cenderung bersikap masa bodoh dengan apa yang dikatakan orang lain, keluar dari zona nyaman dan membuktikan jika kita bisa menjadi lebih baik itu adalah kunci kehidupan merasa tenang dan terkendali.**

Penulis: Nabila Al Jannata Hilmi

Artikel Lainnya