Mas Ipin, Bupati Trenggalek, baru saja meluncurkan program Trenggalek Kinasih di Kelurahan Sumbergedong, Jumat (13/12/2024).
Program ini adalah terobosan untuk menjadikan sungai yang dulunya keruh berubah menjadi tempat budidaya ikan Nila Merah dan sumber ekonomi baru bagi warga sekitar.
Bukan cuma soal ikan, Trenggalek Kinasih juga membawa misi besar: menjadikan sungai bersih, sehat, dan produktif.
Dengan dukungan Dinas Perikanan dan Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas), aliran sungai di Sumbergedong kini juga ditanami sayuran di sepanjang pinggirannya.
“Ini sebenarnya tujuannya dua hal. Satu, menyediakan sumber pangan karena Kinasih ini berasal dari kata Kali sumber pangan dan bersih. Jadi kalau nanti jadi sumber pangan, pasti warga menjaga ini dan juga senafas dengan gelaran Adipura Desa dan Adipura RT,” kata Mas Ipin.
Lebih lanjut, ia menekankan manfaat lingkungan dan ekonominya.
“Yang kita harapkan sebenarnya, satu lingkungannya semakin bersih, makin sehat. Kemudian yang kedua, dengan adanya sumber protein di sini (ikan nila), orang lebih aware. Dan juga punya nilai ekonomi buat warga. Warga ini kalau gotong royong menjadi cantik, jadi banyak tanaman, kemudian kampungnya menjadi bersih. Kampungnya diwarnai dan juga sudah banyak UMKM yang terlibat di sini,” imbuhnya.
Mas Ipin juga menyebut peran Karang Taruna yang ikut mempercantik kawasan ini.
“Nanti malam Karang Taruna mau ngasih lampu-lampu hias yang bahan bakunya dari sampah-sampah recycle. Jadi nanti pasti akan ada berkah ekonomi bagi masyarakat sekitar,” jelasnya.
Ia menambahkan, air dari sungai ini juga bakal mendukung irigasi pertanian. Namun, ia mengingatkan agar pemanfaatan air dilakukan secara efisien.
“Untuk sawah yang di sana, agar debit airnya cukup, saya minta Dinas Pertanian untuk sawahnya menjadi sawah hemat air seperti yang kita programkan,” tutupnya.
Kolaborasi yang Menghidupkan Lingkungan
Kepala Dinas Perikanan, Cusi Kurniawati, turut menjelaskan bahwa program ini sangat mengedepankan kebersamaan.
“Trenggalek Kinasih adalah sebuah program yang sarat dengan kegotongroyongan. Jiwa relawan, jiwa mengawasi, jiwa cinta lingkungan untuk mewujudkan ekosistem sungai yang bersih. Tetapi juga selain menjaga kebersihan, juga menjadi sumber protein. Karena kita budidaya ikan nila merah di aliran sungai tersebut,” ungkapnya.
Cusi berharap keberlanjutan program ini tetap terjaga.
“Ikan itu nanti bisa dikonsumsi, dijual, dipancing, atau dijala, tapi harus tetap ada nilai ekonominya. Masyarakat yang menginginkan harus mengganti uang untuk keberlanjutan, seperti beli benih atau pakan lagi,” katanya.
Nggak cuma soal ikan, kawasan ini juga punya potensi menarik wisatawan.
“UMKM-UMKM yang di sini itu nanti bisa tumbuh karena jika tempat ini sudah menjadi spot yang menarik, warga pada datang ke sini. Mereka pasti ingin njajan, ingin ngopi, ingin cari minuman, atau mau beli pakan dari warga. Harga pakan Rp2 ribuan yang itu nanti bisa menjadi kas untuk kelompok,” tambah Cusi.
Program ini nggak hanya fokus pada kebersihan dan sumber protein, tapi juga membuka peluang ekonomi baru untuk warga. Dengan gotong royong dan kreativitas, sungai yang dulunya biasa aja kini jadi aset berharga bagi masyarakat.