TGX News – Latihan Gabungan (Latgab) Penanggulangan Bencana oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Timur dihadiri oleh Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, di Lapangan Rusunawa Prigi, Kecamatan Watulimo, Sabtu (11/1/2025).
Dalam sambutannya, Mas Bupati Ipin menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan dan alam sebagai langkah mitigasi bencana. Hal ini sangat relevan, terutama karena kawasan pesisir selatan Jawa dikenal rawan bencana tsunami, namun memiliki pelindung alami berupa area perbukitan.
“Ada yang bilang kalau menjaga lingkungan itu apa dapat uang, mungkin sekarang cost benefitnya nggak langsung, tapi kalau kita tidak jaga disaster cost-nya lebih mahal,” tutur Mas Bupati Ipin.
Mas Bupati juga menjelaskan dampak kerusakan lingkungan terhadap kehidupan sehari-hari. Ia mencontohkan jika masyarakat kehilangan sumber mata air berapa uang yang keluar untuk memenuhi kebutuhan air.
“Teman-teman Muhammadiyah pernah menghitung, kalau orang-orang di pegunungan ini kehilangan sumber mata air, berapa uang yang harus keluar untuk membeli sekedar air bersih,” ucapnya.
“Kalau kita nggak jaga kawasan gunung kita kemudian ada banjir, banjirnya makin parah, kira-kira berapa harga yang harus kita bayar,” sambungnya.
Menurutnya, aksi-aksi lokal yang dimulai dari lingkungan sekitar adalah kunci untuk menghadapi tantangan global.
“Karena saya percaya bahwa tidak ada kesuksesan global tanpa aksi-aksi lokal yang dilakukan mulai dari tingkat lingkungan, tingkat desa maupun kabupaten,” tambahnya.
Fokus Latgab MDMC Jatim: Kesiapan Menghadapi Megathrust
Latgab yang berlangsung selama tiga hari, 10–12 Januari 2025, di Area 360 Pantai Prigi, Kecamatan Watulimo ini bertujuan meningkatkan kesiapan relawan menghadapi potensi bencana megathrust. Kegiatan ini melibatkan sekitar 500 peserta dari berbagai lembaga dan komunitas.
Ketua Pelaksana Latgab, Rosi Novi Hendrawan, menyebutkan bahwa latihan ini merupakan bagian dari rangkaian program kesiapsiagaan bencana.
“Latar belakang diadakannya adalah untuk peningkatan kapasitas, terutama menghadapi isu megathrust di posisi selatan. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari seminar megathrust, penyusunan rencana kontingensi, dan kini dilanjutkan dengan pelatihan,” ungkap Rosi, Jumat (10/1/2025).
Hari pertama Latgab difokuskan pada teori dan peningkatan kapasitas peserta di tujuh klaster utama: SAR, manajemen posko, medis, psikososial, hunian darurat, logistik, dan komunikasi.
“Hari pertama difokuskan pada pemberian materi dan peningkatan kapasitas di tujuh klaster tersebut,” jelas Rosi.
Sementara itu, hari kedua diisi dengan simulasi gabungan yang memadukan semua klaster dalam skenario kebencanaan megathrust.
“Simulasi ini diharapkan menjadi ajang bagi relawan untuk mengaplikasikan pembelajaran mereka dalam situasi mendekati kondisi nyata,” tambahnya.
Kolaborasi Lintas Komunitas
Latgab ini juga melibatkan berbagai unsur, mulai dari relawan MDMC Jawa Timur, LLHPB ‘Aisyiyah, Perguruan Tinggi Muhammadiyah, amal usaha kesehatan, hingga komunitas lintas agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Peserta berasal dari lintas lembaga dan komunitas, yang semuanya memiliki semangat sama dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana,” ujar Rosi.
Dana kegiatan ini berasal dari kontribusi peserta, dukungan LAZISMU, dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Rosi menutup dengan harapan besar bahwa latihan ini dapat memicu gerakan yang lebih besar.
“Harapan kami, gerakan ini dapat memperkuat komunitas Muhammadiyah, yang nantinya menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitar, hingga tercipta gerakan nasional seperti efek bola salju,” pungkasnya.
Acara juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Dandim Trenggalek Yudo Aji Santoso, perwakilan dari Pengurus PWM Jawa Timur Tamhid Masyhudi, Ketua PDM Trenggalek Wicaksono, serta Forkopimca Watulimo dan Danposmat TNI AL Yudik Subandi. Kehadiran mereka memperkuat semangat kolaborasi antara berbagai pihak dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana di wilayah pesisir selatan Jawa.
Latihan gabungan ini diharapkan tidak hanya menjadi langkah strategis dalam kesiapsiagaan bencana, tetapi juga sebagai pengingat pentingnya menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih baik.