Insight TGXNews.com – Istilah healing rasanya sudah jadi bagian dari
hidup Gen Z dan milenial. Kalau buka media sosial, sering banget kita lihat
postingan tentang healing—entah itu jalan-jalan ke pantai, ngopi di kafe
estetik, atau sekadar rebahan sambil nonton serial favorit.
Tapi, kenapa ya dua generasi ini lebih sering dikaitkan dengan aktivitas
healing dibanding generasi sebelumnya?
Menurut Retno Firdiyanti, Dosen Psikologi dari Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM), ada perbedaan makna healing di psikologi dengan apa yang
dipahami oleh banyak orang.
“Dalam psikologi, healing itu proses penyembuhan mental, misalnya dari
gangguan mental. Sedangkan bagi Gen Y dan Z, healing lebih mengarah ke
rekreasi atau mencari kebahagiaan,” jelas
Retno saat diwawancari Kompas
Ada juga stereotip bahwa Gen Y (milenial) dan Gen Z adalah generasi yang
“lemah” karena sering butuh healing. Padahal, menurut Retno, ini bukan
soal kuat atau lemah.
“Tantangan setiap generasi berbeda. Coping stress tiap generasi juga
beda,” tambahnya.
Gen Y, yang lahir di era transisi analog ke digital, punya kemampuan
adaptasi yang baik dengan teknologi.
Sementara itu, Gen Z yang lahir langsung di era digital sering dihadapkan
pada kemudahan instan, yang kadang membuat mereka harus belajar lebih
banyak soal proses dan kontrol diri.
Lalu, apakah hanya Gen Y dan Z yang butuh healing?
Tentu enggak. Retno menjelaskan, kalau yang dimaksud healing adalah
rekreasi, semua generasi membutuhkannya untuk mengurangi stres.
Tapi, tidak semua masalah bisa selesai dengan jalan-jalan. Kadang, yang
dibutuhkan adalah waktu untuk introspeksi atau bercerita kepada orang lain
yang bisa mendengarkan.
Jadi, buat kamu yang sering healing, enggak perlu merasa salah, ya.
Selama tujuannya sehat, healing bisa jadi salah satu cara terbaik untuk
menjaga kesehatan mentalmu.